A.
Pendahuluan
Salah satu
karunia besar yang diberikan Allah kepada manusia adalah kemampuan berbicara
dan mengungkapkan pikiran kepada orang lain. Hal ini membuat manusia memiliki
kelebihan dibanding makhluk Allah yang lainnya, karena manusia mampu
berkomunikasi secara jelas tentang apa saja yang ingin disampaikannya pada
orang lain. Kelebihan itupula yang membuat manusia bisa menjalin komunikasi
dalam rentang zaman yang panjang sampai sekarang.
Dalam literatur
sejarah yang ada, teknik berbicara sudah dipelajari manusia sejak zaman Yunani
dan Romawi kuno. Ilmu tersebut dikenal dengan nama ilmu retorika. Umur ilmu ini
setua eksistensi manusia di muka bumi. Pada masa itu, selain dengan perang,
retorika menjadi alat untuk mempertahankan eksistensi kekuasaan kerajaan dari
serangan musuh. Misalnya, kasus persengketaan tanah kerajaan diselesaikan dalam
ruang debat terbuka yang dihadiri banyak massa. Yang paling unggul dan menang
adalah pihak yang terampil dalam ilmu retorika. Itu artinya yang memenangkan
perkara tidak pada salah benarnya suatu kasus. Namun yang menang yaitu pihak
yang paling cerdas bersilat lidah, karena saat itu orang belum kenal dunia
pengacara seperti zaman sekarang.
Kata retorika
mengingatkan kita pada tokoh sejarah yang luar biasa, seperti: Soekarno, presiden
pertama Indonesia yang dalam setiap orasinya selalu bisa menghipnotis massa
yang luar biasa banyak; atau Hitler, yang terkenal kejam tetapi dunia mengakui
kemampuan retorikanya. Salah satu statemen Hitler yang terkenal ialah:
“setiap gerakan besar di dunia ini dikembangkan oleh ahli-ahli pidato dan bukan
oleh jago-jago tulisan”. Atau dalam bahasa Jerman “jede grosse bewegung auf
dieser erde verdankt ihr wachsen den grosseren rednern und nicht den grossen
screibern”.
Jadi retorika
memiliki peran penting yang harus dipelajari. Seorang filsuf dari negeri China
mengatakan:”Orang yang menembak banyak, belum tentu seorang penembak yang
baik. Orang yang berbicara banyak tidak selalu berarti seorang yang pandai
bicara.” Bicara memang adalah bakat bawaan setiap orang. Namun
ketrampilan retorika dengan baik dan benar membutuhkan latihan tersendiri.
B.
Pengertian Retorika
Retorika (rethoric)
biasanya disinonimkan dengan seni atau kepandaian berpidato. Sedangkan
tujuannya adalah, menyampaikan fikiran dan perasaan kepada orang lain agar
mereka mengikuti kehendak kita.
Menurut
Aristoteles, Dalam retorika terdapat 3 bagian inti yaitu :
1.
Ethos (ethical):
yaitu, karakter pembicara yang dapat dilihat dari cara ia berkomunikasi.
2. Pathos (emotional):
yaitu, perasaan emosional khalayak yang dapat dipahami dengan pendekatan “psikologi
massa”.
3.
Logos (logical):
yaitu, pemilihan kata atau kalimat atau ungkapan oleh pembicara.
C.
Latihan Retorika
Pada masa
sebelum masehi (Yunani dan Romawi kuno), menjadi orator ulung membutuhkan kerja
keras yang tidak mudah. Biaya yang harus dikeluarkan untuk belajar ilmu ini
dari guru-guru retorika terkenal sangat mahal. Karena itu hanya orang-orang
tertentu saja yang bisa menguasai ilmu ini, semisal orang yang mempunyai kasta
tinggi dan kalangan elit kerajaan saja. Banyak dari para orator ulung yang
harus belajar berpuluh-puluh tahun dengan cara mengisolasi diri di gua demi
mendalami ilmu retorika. Di dalam gua mereka belajar berolah vokal mulai dari
intonasi suara hingga gerak-gerik dan mimik wajah diselaraskan dengan suara
yang ada. Hasil yang diperoleh selama upaya itu sangat signifikan. Mereka turun
dari gua dengan menguasai kota-kota dan kerajaan dengan keahlian retorika yang
mengagumkan.
Pada zaman
sekarang, belajar untuk bisa berbicara di depan publik menyampaikan gagasan
kita pada orang tidak sesusah dan se-elit zaman dulu. Sekarang ilmu itu
kini dapat dipelajari oleh siapapun dengan dua cara, yakni:
1. Membangun
keterampilan berbicara di depan publik dengan memahami tekniknya yang meliputi
persiapan dan penyampaian.
2. Latihan
pidato di depan kawan-kawan, keluarga, bahkan hewan peliharaan, atau siapa saja
yang bisa mendengarkan; di depan cermin; menggunakan recorder.
Persiapan
1.
Persiapan
Mental
a. Rileks!
Atasi gugup dengan menarik nafas panjang/dalam; menggerakkan badan; berdiri
tegak layaknya tentara berbaris dengan bahu dan dada yang tegap, lalu
tersenyumlah!
b.
Know the room! Jadikan seakan-akan panggung adalah kamar
Anda sendiri.
c.
Know
the audience! Kenali
karakteristik dan pandang mereka sebagai teman akrab.
d.
Know
your material! Anggaplah Anda
yang paling tahu.
2.
Persiapan
Fisik
a.
Pastikan kondisi badan dan suara fit,
segar, dan normal.
b.
Kenakan pakaian yang serasi dengan susana
acara.
c. Jabatlah tangan Anda agar darah mengalir
yang membuat gerakan tangan Anda lebih alami saat berbicara di podium.
d.
Jaga agar mulut dan tenggorokan Anda tetap
basah. Siapkan selalu air mineral.
3.
Persiapan
Materi
a.
Baca
literatur dan cari sumber data sebanyak mungkin. Semakin banyak pengetahuan dan
wawasan, Anda pun kian percaya diri.
b.
Susun
outline (garis besar materi).
c.
Ada
empat pilihan penguasaan materi, yakni: membaca naskah, menggunakan catatan
yang berupa garis besar materi (ini cara terbaik), menggunakan hapalan (pilihan
terburuk karena komunikasi dengan audiens berkurang, terutama soal kontak mata),
dan menggunakan alat bantu visual sebagai catatan.
Pembukaan
1.
Mulai
dengan kalem (jangan tergesa-gesa)
2.
Teknik
pembukaan antara lain: langsung menyebut pokok persoalan yang akan dibicarakan;
mengajukan pertanyaan provokatif; menyatakan kutipan (teori, ungkapan,
peristiwa, atau pepatah).
Penyampaian
1. Teknik pemaparan: deduktif (dari gagasan
utama ke perincian atau dari teori ke empiris); induktif (dari kasus ke
kesimpulan atau dari empiris ke teori); kronologis atau urutan peristiwa.
2.
Bicaralah
dengan suara yang agak keras agar cukup terdengar (audible).
3. Ucapkan
setiap kata dengan jelas (clarity).
4. Gunakan kata berona (colorfull word) yang
melukiskan sikap, perasaan, dan keadaan. Misalnya, kata terisak-isak lebih
berona daripada kata menangis
Penutup
1. Langsung
tutup, ucapkan salam, jika materi pembicaraan sudah disampaikan atau waktu
sudah habis.
2. Teknik
penutup dengan cara menyimpulkan, menyatakan kembali gagasan utama dengan
kalimat berbeda, mendorong audiens untuk bertindak, membaca kutipan sajak,
kitab suci, peribahasa, atau ucapan seorang ahli, dll.
D.
Unsur-Unsur Retorika di Depan Publik
1.
Teknik Vokal
a.
Intonasi, yakni: nada suara, irama bicara,
atau alunan nada dalam melafalkan kata-kata.
b. Aksentuasi, yakni: logat/dialek. Lakukan stressing (penekanan)
pada kata-kata tertentu yang dianggap penting.
c. Kecepatan. Jangan bicara terlalu cepat.
d. Artikulasi, yakni kejelasan pengucapan kata-kata.
2.
Kontak Mata
a.
Pandang
seluruh audiens!
b.
Pandang
tepat pada matanya!
3.
Gerakan Tubuh
a. Gerakan
tubuh meliputi: ekspresi wajah, gerakan tangan, lengan, bahu, mulut atau bibir,
gerakan hidung, kepala, badan, dan kaki.
b.
Alami,
spontan, wajar, atau tidak dibuat-buat.
c.
Penuh,
tidak sepotong-sepotong, atau tidak ragu.
d.
Sesuai
dengan kata-kata.
e.
Gunakan
untuk penekanan pada poin penting,
f.
Jangan
berlebihan.
g.
Gerakan
tubuh yang paling penting adalah SENYUM.
h.
Variatif,
jangan monoton. Misalnya terus-menerus mengepalkan jari tangan di atas.
i. Jangan
melakukan gerakan tubuh yang tidak bermakna atau tidak mendukung pembicaraan
seperti: memegang kerah baju, memainkan mikropon, meremas-remas jari, dan
menggaruk-garuk kepala.
E.
Kiat Mengatasi Kegugupan Retorika di Depan Publik
Tidak jarang
sikap gugup atau demam panggung dialami seseorang dalam presentasi atau ceramah
yang ia sampaikan. Mereka yang mengalami masalah itu datang dari siapa saja. Tidak
saja pada orang-orang biasa. Namun pada mereka yang terbiasa berbicara atau
berpidato pun bisa mengalami demam panggung. Mereka bisa berbicara lancar pada
waktu biasa. Atau tidak gugup bicara di depan teman-teman sendiri. Namun pada
saat bicara di depan khalayak banyak penyakit demam panggung ini baru muncul. Berikut
adalah gejala-gejala kegugupan berbicara di depan publik: (1) detak jantung
cepat; (2) telapak tangan atau punggung berkeringat; (3) napas terengah-engah;
(4) mulut kering dan sukar menelan; (5) ketegangan otot dada, tangan dan kaki;
(6) tangan atau kaki bergetar; (7) suara bergetar dan parau; (8) berbicara
cepat dan tidak jelas; (9) tidak sanggup mendengar atau konsentrasi; dan (10)
lupa atau ingatan hilang.
Gejala-gejala
kegugupan yang bisa merusak presentasi dan ceramah di atas harus bisa
dihilangkan. Dalam banyak kasus kegagalan seorang pembicara yang tidak mendapat
respon audiens dikarenakan penyakit itu. Para pakar public speaking lazimnya
memberi tips sebagai berikut guna mengatasi rasa gugup berbicara di depan umum.
1.
Lakukan
relaksasi agar tubuh rileks, santai, tidak tegang. Ambil nafas
dalam-dalam, melalui hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan perlahan-lahan
melalui mulut. Pada saat yang sama, lemaskan lengan, bahu, dan tangan (biarkan
semuanya terkulai). Ulang berkali-kali sebelum tampil.
2. Lakukan
relaksasi suara, misalnya dengan menyuarakan vokal AEIOU secara naik-turun,
ragam nada, mirip nyanyi.
3. Sering
berlatih, di depan cermin atau di depan kawan-kawan terdekat, bahkan di depan hewan
peliharaan Anda. Sering ikut terlibat dalam diskusi juga sangat bagus untuk
berlatih retorika di depan publik.
4. Lakukan
persiapan, baik fisik, mental, dan materi. Fisik harus fit. Mental harus kuat,
percaya diri, dan anggaplah diri Anda yang paling tahu dan orang lain ingin
tahu apa yang Anda ketahui. Siapkan data dan referensi topik pembicaraan
sebanyak mungkin. Semakin luas wawasan, Anda semakin percaya diri.
F.
Penutup
Keterampilan retorika yang tepat dan benar serta diterima audiens
harus dimiliki oleh setiap orang yang ingin presentasi dan ceramahnya diterima
publik. Untuk memiliki keterampilan ini perlu memahami tekniknya mulai meliputi
persiapan dan penyampaian, karakteristik audiens, dan yang tidak kalah
pentingnya adalah latihan/praktik yang kontinyu. Iso jalaran soko kulino (bisa
karena terbiasa), dengan kata lain semakin sering keterampilan diasah, maka
semakin cepatlah Anda menjadi retorikan yang ulung.