Rabu, 28 Maret 2012

Total Quality Manajement


PERAN KEPALA  SEKOLAH  DALAM  IMPLEMENTASI TOTAL  QUALITY  MANAGEMENT (TQM)  DI SEKOLAH

Abstrak
The concept of Total Quality Management (TQM)  assumes that the school is a priority service industry service. The school principal in taking school program policies related to the five pillars of TQM (Product, Process, Organization, Leadership and Commitment) involves all elements associated with the ongoing process of education. That is why, for the purpose of TQM is applied in the school principals are expected to bring their staff, curriculum areas, public relations, student and administrative infrastructure to serve customers of primary school learners well.

A.  Pendahuluan
Pendidikan merupakan kunci kemajuan, semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu masyarakat/bangsa, maka akan diikuti dengan semakin baiknya kualitas masyarakat/bangsa tersebut. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.[1]
Salah satu komponen sekolah yang berperan dalam pencapaian tujuan pendidikan adalah kepala sekolah. Esensi kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan di sekolah. Seorang kepala sekolah adalah orang yang benar-benar seorang pemimpin, manajer, pendidik, dan supervisor. Oleh sebab itu, kualitas kepemimpinan kepala sekolah harus signifikan sebagai kunci keberhasilan sekolah.
Kepala sekolah merupakan faktor penggerak, penentu arah kebijakan sekolah yang akan menentukan bagaimana tujuan sekolah dan pendidikan pada umumnya. Maka dari itu, kepala sekolah dituntut senantiasa meningkatkan efektifitas kinerja para staf yang ada di sekolah. Melihat penting dan strategisnya posisi kepala sekolah dalam mewujudkan tujuan sekolah, maka seharusnya kepala sekolah mempunyai kemampuan hubungan yang baik dengan segenap warga di sekolah dan masyarakat sebagai stake holder, sehingga tujuan sekolah dan pendidikan dapat dicapai secara optimal.
Total Quality Manajement (TQM) adalah suatu sistem manajemen yang berfokus pada orang yang bertujuan untuk meningkatkan secara berkelanjutan kepuasan masyarakat pada tingkat biaya sesungguhnya yang secara berkelanjutan dan terus menerus. Pendapat lain mengatakan bahwa TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya.[2] Pelaksanaan TQM dalam pendidikan dimaksud untuk meningkatkan mutu pendidikan, karenanya dalam proses pendidikan yang dilakukan pada lembaga pendidikan tidak semuanya mampu menyelenggarakan pendidikan dengan baik dan sesuai dengan standar kompetensi yang diharapkan.
Banyak sekolah atau lembaga pendidikan yang kurang memerhatikan manajemen dalam proses kegiatan belajar mengajar. Kadang guru atau kepala sekolah hanya memfokuskan untuk memberikan materi pelajaran, siswa diajarkan untuk menghafal pelajaran, dan jam pelajaran di sekolah habis untuk menyampaikan materi di kelas. Hal ini menimbulkan rendahnya mutu pendidikan pada sekolah tersebut.
Dengan latar belakang masalah tersebut, akan dibahas dalam makalah ini tentang peran kepala  sekolah  dalam  implementasi Total  Quality  Management (TQM)  di sekolah.
                      
B.  Konsep Kepala Sekolah
1.    Pengertian Kepala Sekolah
Keberhasilan suatu lembaga pendidikan tergantung pada kepemimpinan kepala sekolah. Sebagai pemimpin di lembaganya, kepala sekolah harus mampu membawa lembaganya ke arah tercapainya tujuan yang ditetapkan, mampu melihat adanya perubahan, dan mampu melihat masa depan dalam kehidupan globalisasi yang lebih baik. Kepala sekolah adalah tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar atau tempat terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.[3]
2.    Fungsi Dan Tugas Kepala Sekolah
Sudjud,menyebutkan bahwa fungsi kepala sekolah sebagai berikut: [4]
a.    Perumus tujuan kerja dan pembuat kebijaksanaan sekolah
b.    Pengatur tata kerja sekolah, yang mencakup mengatur pembagian tugas dan wewenang, mengatur petugas pelaksana, menyelenggarakan kegiatan.
c.    Pengawas kegiatan sekolah, meliputi: mengatur kegiatan, mengarahkan pelaksanaan kegiatan, mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dan membimbing dan meningkatkan kemampuan pelaksana.
Tugas pokok kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan adalah.
a.    Merumuskan visi, misi, tujuan, dan strategi pencapaian.
b.    Mengorganisasikan sekolah, yakni membuat struktur organisasi, menetapkan staf, dan menetapkan tugas dan fungsi masing-masing staf.
c.    Menggerakkan staf, yakni memotivasi staf melalui internal marketing dan memberi contoh external marketing.
d.   Mengawasi, yakni melakukan supervisi, mengendalikan, dan membimbing semua staf dan warga sekolah.
e.    Mengevaluasi proses dan hasil pendidikan untuk dijadikan dasar peningkatan dan pertumbuhan kualitas, serta melakukan problem solving baik secara analitis sistematis maupun pemecahan masalah secara kreatif dan menghindarkan serta menanggulangi konflik.[5]
Sebagai pemimpin lembaga pendidikan, seorang kepala sekolah mengorganisasikan sekolah dan personilnya yang bekerja di dalamnya ke dalam situasi yang efektif, efisien, demokratis, dan kerja sama tim (team work). Di bawah kepemimpinannya, program pendidikan untuk para murid harus direncanakan, diorganisasikan, dilaksanakan, dan dievaluasi. Dalam pelaksanaan program kepala sekolah harus dapat memimpin secara profesional, bekerja secara ilmiah, penuh perhatian, dan demokratis dengan menekankan pada perbaikan proses belajar mengajar secara terus menerus.
3.    Kualitas Kepala Sekolah Yang Efektif
Kualitas dan kompetensi kepala sekolah secara umum setidaknya mengacu kepada empat hal pokok, yaitu sifat dan ketrampilan kepemimpinan, kemampuan memecahkan masalah, ketrampilan sosial dan pengetahuan dan kompetensi profesional.
Kepala sekolah yang profesional mampu meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dan kualitas sekolah. Untuk dapat merealisasikannya maka kepala sekolah harus memerhatikan hal-hal berikut ini:
a.    Mempunyai visi atau daya pandang yang mendalam tentang mutu yang terpadu bagi lembaganya maupun bagi tenaga kependidikan dan peserta didik yang ada di sekolah.
b.    Mempunyai komitmen yang jelas pada program peningkatan kualitas.
c.    Mengomunikasikan pesan yang berkaitan dengan kualitas.
d.   Menjamin kebutuhan peserta didik sebagai perhatian kegiatan dan kebijakan sekolah.
e.    Meyakinkan terhadap para pelanggan pendidikan bahwa terdapat channel cocok untuk menyampaikan harapan dan keinginan.
f.     Pemimpin mendukung pengembangan tenaga kependidikan.
g.    Tidak menyalahkan pihak lain jika ada masalah yang muncul tanpa dilandasi bukti yang kuat.
h.    Menjamin struktur organisasi yang menggambarkan tanggungjawab jelas.
i.      Mengembangkan komitmen untuk mencoba menghilangkan setiap penghalang, baik bersifat organisasional maupun budaya.
j.      Membangun tim kerja yang efektif.
k.    Mengembangkan mekanisme yang cocok untuk melakukan monitoring dan evaluasi.[6]

C.  Konsep Dasar Total Quality Management
1.    Pengertian TQM
Secara umum, kualitas adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan.
TQM adalah satu himpunan prinsip-prinsip, alat-alat, dan prosedur-prosedur yang memberikan tuntunan dalam praktik penyelenggaraan organisasi. Oleh karena itu, manajemen mutu terpadu merupakan salah satu strategi manajemen untuk menjawab tantangan eksternal suatu organisasi guna memenuhi kepuasan pelanggan.
Para ahli manajemen telah banyak mengemukakan pengertian TQM Berikut ini akan penulis paparkan para pendapat ahli manajemen tersebut, antara lain:
a.    Edwards Sallis berpendapat bahwa manajemen mutu terpadu adalah sebuah filosofi perbaikan terus menerus yang dapat memberikan seperangkat alat praktis setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para pelanggannya saat ini dan masa depan.[7]
b.    Patricia Kovel-Jarboe mengutip Caffee dan Sherr menyatakan bahwa TQM adalah suatu filosofi komprehensif tentang kehidupan dan kegiatan organisasi yang menekankan perbaikan berkelanjutan sebagai tujuan fundamental untuk meningkatkan mutu, produktivitas, dan mengurangi pembiayaan. [8]
TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat sesuatu sebagai strategi usaha yang berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan cara melibatkan pelanggan dan seluruh anggota organisasi. Sebagai suatu strategi manajemen, spektrum aktifitas manajemen mutu terpadu berorientasi pada upaya memperbaiki material dan jasa yang menjadi masukan organisasi dan memperbaiki upaya dalam memenuhi kebutuhan para pelanggan atau pemakai produk dan jasa pada masa kini dan di waktu yang akan datang.
Dapat disimpulkan bahwa TQM merupakan suatu teori ilmu manajemen yang mengarahkan pimpinan organisasi dan personelnya untuk melakukan program perbaikan mutu secara berkelanjutan yang terfokus pada pencapaian kepuasan para pelanggan. 




2.    Pilar-pilar TQM
Pada dasarnya TQM memiliki lima pilar yang diibaratkan sebagai pilar-pilar penyangga rumah agar rumah tersebut bisa berdiri tegak. Kelima pilar-pilar tersebut antara lain:[9]
a.    Produk
Sekolah yang mampu bertahan dalam persaingan mutu antar lembaga pendidikan yang semakin ketat adalah sekolah yang mampu menyediakan produk/jasa (lulusan) yang bermutu yang memenuhi keinginan pelanggan atau konsumen pendidikan. Melalui konsep TQM di bidang produk, sekolah berusaha untuk terus dapat memenuhi harapan para konsumennya melalui pertemuan dengan para konsumen pendidikan secara berkala dan berkelanjutan agar dapat mengetahui opini-opini yang berkembang dalam benak konsumen pendidikan tentang lulusan yang telah dihasilkan.
Dalam usahanya meningkatkan mutu lulusan maka pihak sekolah mengadakan program pelatihan mutu kepada segenap guru dan staf karyawan. Program pelatihan ini diharapkan tidak saja memberikan pemahaman kepada para guru dan staf karyawan akan pentingnya mutu, tetapi juga diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dan etos kerja para guru dan staf karyawan agar dapat bekerja lebih baik.
b.   Proses
Proses yang dimaksud dalam bidang pendidikan adalah selama diadakannya kegiatan belajar mengajar di sekolah. Para murid diberikan berbagai bidang ilmu, misalnya ada ilmu fiqih, matematika, fisika dan lain sebagainya. Untuk mendapatkan produk (lulusan) yang bermutu maka sekolah harus memberikan pelayanan yang optimal dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Di dalam proses KBM itu ada pengendalian input, pengendalian proses dan pengendalian output.
1)   Pengendalian input (seleksi penerimaan siswa baru)
Hal ini dilakukan untuk memilih calon-calon siswa yang mempunyai SDM diatas-rata, istilahnya memilih bahan baku yang unggul yang bisa dibentuk sesuai dengan harapan konsumen.
2)   Pengendalian proses
Berkaitan dengan ini adalah selama siswa berada di sekolahnya. Pihak sekolah menyediakan fasilitas (sarana dan pra sarana) seoptimal mungkin, agar para siswa mampu mendapatkan segala apa yang telah diajarkan oleh gurunya. Misalnya, laboratorium kimia untuk penelitian zat-zat kimia atau lapangan olah raga untuk mempraktikkan teori-teori yang diterima di kelas, musholla untuk praktek shalat dan lain-lain.
3)   Pengendalian output (seleksi lulusan)
Setelah melalui proses pembelajaran maka pada akhir tahun diadakan seleksi kelulusan siswa, dengan tujuan agar siswa yang telah diproses dengan berbagai ilmu tadi bisa sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
c.    Organisasi
Organisasi merupakan kerangka kerja yang diandalkan oleh seluruh sistem manajemen untuk mendapatkan hasil kerja yang efisien. Organisasi yang baik dapat memberikan kebebasan dan menjamin kreativitas terhadap orang-orang yang ada di dalamnya. Implementasi konsep TQM dalam organisasi, misalnya adanya kotak saran yang terletak di pintu gerbang sekolah, mengutamakan team work dalam usaha mempertahankan dan meningkatkan mutu. Selain itu, kepala sekolah sering mengadakan pertemuan dengan guru dan staf karyawan baik formal maupun informal. Dan juga pihak sekolah memberikan penghargaan bagi personelnya yang banyak berjasa, bisa berupa bonus atau hadiah.
d.   Kepemimpinan
Kepemimpinan dalam TQM bersifat partisipatif dalam artian bahwa untuk pengambilan keputusan tertentu, guru dan karyawan diberikan kesempatan untuk menyampaikan pandangan-pandangannya dalam usaha pemecahan masalah yang ada. Selain itu guru dan karyawan juga diberikan kesempatan untuk menyampaikan ide-ide ataupun saran-saran mereka dalam usaha perbaikan keadaaan yang ada di sekolah.
Kepala sekolah selaku pemimpin di sekolah harus dapat menjadi suri tauladan yang baik sehingga dapat membangkitkan semangat dan motivasi kerja para guru dan staf karyawan. Contohnya, kepala sekolah datang setiap hari ke sekolah tepat waktu tidak pernah terlambat sekalipun, begitu juga dengan pelaksanaan program-programnya selalu tepat dan berhasil dengan baik.
e.    Komitmen
TQM merupakan paradigma baru, untuk itu dibutuhkan budaya sekolah yang baru pula. Komitmen jangka panjang sangat diperlukan guna mengadakan perubahan budaya agar penerapan TQM dapat berjalan dengan baik.
Dalam pelaksanaan komitmen ini, sekolah selalu menekankan komitmen sekolah kepada para personelnya untuk berorientasi pada produk (lulusan) dan pelanggan. Berorientasi pada produk (lulusan) berarti bahwa mutu lulusan yang dihasilkan harus ditingkatkan secara terus menerus, sedangkan berorientasi pada pelanggan berarti bahwa sekolah dan personelnya akan terus berusaha memenuhi kebutuhan pelanggannya. Jangan dilupakan juga, bahwa sekolah sendiri harus memberikan kenyamanan kepada para guru dan staf untuk bekerja demi terbentuknya komitmen guru dan staf karyawan kepada sekolah.

D.  Peran Kepala Sekolah dalam Implementasi TQM di Sekolah
1.    Implementasi Pilar-pilar TQM
Konsep TQM, semula diaplikasikan pada dunia industri dan bisnis. Dalam perkembangannya, paradigma baru manajemen mutu terpadu tersebut dapat pula diadopsi untuk dunia pendidikan. Untuk mencapai kepuasan pelanggan pendidikan hari ini dan masa depan, maka hal yang mendasar untuk diperhatikan adalah pengembangan manajemen yang kuat, tim manajemen dalam rencana spesifikasi, penyampaian hasil mutu organisasi, visi dan misi yang jelas, strategi dan tujuan yang jelas, pembiayaan sekolah, pemanfaatan lulusan dan operasional rencana, terutama pengembangan kurikulum secara berkelanjutan.
Bagaimanapun mutu bukanlah hal yang terjadi dan muncul secara tiba-tiba di hadapan para guru, karyawan dan kepala sekolah. Mutu harus direncanakan, karena itu ada trilogi mutu yaitu perencanaan, pengawasan, dan perbaikan mutu. Mutu terpadu adalah sesuatu yang diraih dengan berkelanjutan. Terpadu berarti setiap orang dalam organisasi dilibatkan dalam mencapai produk yang diharapkan dengan pelayanan terhadap pelanggan serta proses kerja atau kontribusi kegiatan terhadap keberhasilan yang menyeluruh.
Tabel: 1
Indikator dan Implementasi Lima Pilar TQM di Sekolah

No
Pilar
Indikator
Implementasi di Sekolah
1
PRODUK
Upaya mengenali pasar
Mengadakan survei, guna mengenali pasar tenaga kerja
Menciptakan hubungan erat dengan pelanggan
Mengadakan pertemuan dengan orang tua wali dan konsumen pendidikan lainnya secara rutin
Analisis berkala terhadap keinginan pelanggan
Secara rutin melihat pasar tenaga kerja, dan bertatap muka dengan pelanggan pendidikan
Memenuhi kepuasan pelanggan
Melaksanakan diklat mutu
2
PROSES
Pengendalian siswa
Mengadakan seleksi dan membatasi jumlah penerimaan siswa baru
Pengendalian proses pembelajaran
Memberikan materi pelajaran
Menggunakan metode yang tidak membuat siswa merasa jenuh untuk belajar
Mengadakan pengujian setiap selesai satu bab pelajaran
Pengendalian lulusan
Mengadakan ujian akhir sebelum mengeluarkan lulusan
Yang tidak sesuai dengan harapan pelanggan maka harus ikut pengujian lagi
3
ORGANISASI
Budaya organisasi mengalir dari bawah ke atas
Menyediakan kotak saran bagi siapa saja buat masukan sekolah demi kebaikan bersama
Sistem desentralisasi yang mengintegrasikan semua tingkat
Wewenang untuk menentukan materi dan metode mengajar terletak pada guru
Pembangian kerja berdasarkan tim
Pembentukan tim secara jelas dengan tugasnya sekalipun
Pembentukan tim kesehatan yang terdiri dari guru olah raga, siswa anggota PMR dan pembinanya
Mempertahankan kendali dengan insentif
Memberikan penghargaan bagi guru, kayawan atau siswa yang berjasa bagi sekolah.
4
KEPEMIMPINAN
Sistem kepemimpinan partisipatif
Guru dan karyawan berhak menyumbangkan ide dan gagasannya diruang rapat bersama para konsumen pendidikan
Sasaran dapat dipahami dan relevan
Semboyan-semboyan yang ditulis di dinding sekolah, misalnya buku adalah jendela dunia, membaca berarti membasmi kebodohan.
Menghilangkan kesenjangan klasik kepala dan bawahan
Seragam kerja anatara kepala sekolah, guru dan staf karyawan disamakan
Tindakan yang membangkitkan motivasi
Kepala sekolah selalu datang tepat waktu setiap hari
Kepala sekolah berjiwa optimis di depan guru, karyawan dan siswanya
Saluran komunikasi karyawan, guru dan kepala
Kotak saran, pertemuan informal dan kegiatan rutin setiap harinya
Motivasi untuk perbaikan berkelanjutan
Mengadakan koreksi terhadap mutu dari bulan ke bulan hingga dari tahun ke tahun
5
KOMITMEN
Tujuan berorientasi lulusan dan pelanggan
Upaya peningkatan mutu secara terus menerus
Kesadaran akan kebersamaan yang tinggi
Kerja sama anata bagian berjalan dengan baik
Antusiasme guru dan karyawan
Peningkatan keahlian (SDM) melalui pelatihan-pelatihan
Suasana mengajar dan kerja kondusif
Penggunaan fasilitas bisa optimal

2.    Peran Kepala Sekolah Dalam Implementasi TQM
a.    Kepala sekolah sebagai manajer
Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan usaha anggota-anggota organisasi serta pendayagunaan seluruh sumber daya organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang ditetapkan. Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dari definisi tersebut, yaitu proses, pendayagunaan seluruh sumber organisasi dan pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan.[10]
1)   Proses, adalah suatu cara yang sistematik dalam mengerjakan sesuatu.
Manajemen sebagai suatu proses, karena semua manajer dengan ketangkasan dan keterampilan yang khusus, mengusahakan berbagai kegiatan yang saling berkaitan tersebut dapat didayagunakan untuk mencapai tujuan yang direncanakan kegiatan-kegiatan tersebut:
a)    Merencanakan, berarti kepala sekolah harus benar-benar memikirkan dan merumuskan program tujuan dan tindakan yang harus dilakukan;
b)   Mengorganisasikan, berarti kepala sekolah harus mampu menghimpun dan mengoordinasikan sumber daya manusia dan sumber-sumber material sekolah, sebab keberhasilan sekolah bergantung pada kecakapan dalam mengatur dan mendayagunakan berbagai sumber dalam mencapai tujuan;
c)    Memimpin, berarti kepala sekolah mampu mengarahkan dan memengaruhi seluruh sumber daya manusia untuk melakukan tugas-tugasnya yang esensial.
d)   Mengendalikan, berarti kepala sekolah memperoleh jaminan, bahwa sekolah berjalan mencapai tujuan. Apabila terdapat kesalahan diantara bagian-bagian yang ada dari sekolah tersebut, kepala sekolah harus memberikan petunjuk dan meluruskan.
2)   Sumber daya suatu sekolah, meliputi dana, perlengkapan, informasi, maupun sumberdaya manusia yang masing-masing berfungsi sebagai pemikir, perencana, pelaku serta pendukung untuk mencapai tujuan.
3)   Mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Berarti bahwa kepala sekolah berusaha untuk mencapai tujuan akhir yang bersifat khusus. Tujuan akhir yang spesifik ini berbeda-beda antara organisasi satu dengan yang lain.
b.   Kepala sekolah sebagai pemimpin
Kepemimpinan adalah satu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan, oleh sebab itu kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci untuk menjadi seorang manajer yang efektif. Esensi kepemimpinan adalah kemauan orang lain atau bawahan untuk mengikuti keinginan pemimpin, itulah yang menyebabkan seseorang menjadi pemimpin. Dengan kata lain, pemimpin tidak akan terbentuk kalau tidak ada bawahan.
Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus mampu:
1)   Mendorong timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri para guru, staf, dan siswa dalam melaksanakan tugas masing-masing.
2)   Memberikan bimbingan dan mengarahkan para guru, staf dan para siswa serta memberikan dorongan memacu dan berdiri di depan demi kemajuan dan memberikan inspirasi sekolah dalam mencapai tujuan.
Apabila seorang kepala sekolah ingin berhasil menggerakkan para guru, staf dan para siswa berperilaku dalam mencapai tujuan sekolah, oleh karenanya kepala sekolah harus:
1)   Menghindarkan diri dari sikap dan perbuatan yang bersifat memaksa atau bertindak keras terhadap para guru, staf dan para siswa.
2)   Melakukan perbuatan yang melahirkan kemauan bekerja penuh semangat dan percaya diri terhadap para guru, staf, dan siswa dengan cara:
a)    Meyakinkan, berusaha agar para guru, staf dan siswa percaya bahwa apa yang dilakukan adalah benar.
b)   Membujuk, berusaha meyakinkan para guru, staf dan para siswa bahwa apa yang dikerjakan adalah benar.
c.    Kepala sekolah sebagai supervisor
Tinggi rendahnya mutu pendididikan banyak dipengaruhi oleh kualitas proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Untuk itu, peningkatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran kegiatan di sekolah menjadi tanggung jawab kepala sekolah sebagai supervisor, Pembina, dan atasan langsung. Karena itu ia harus melaksanakan supervisi secara baik dan benar sesuai dengan prinsip-prinsip supervisi serta teknik dan pendekatan yang tepat.
Supervisi yang dilakukan kepala sekolah, antara lain untuk meningkatkan kompetensi guru-guru dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga diharapkan dapat memenuhi misi pengajaran yang diembannya, atau misi pendidikan nasional dalam lingkup yang lebih luas. Sebagaimana yang kita pahami bersama, bahwa masalah profesi guru dalam mengemban kegiatan belajar mengajar akan selalu ada dan terus berlanjut seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga bimbingan dan pembinaan yang profesional dari kepala sekolah selalu dibutuhkan guru secara berkesinambungan. Pembinaan tersebut, di samping untuk meningkatkan semangat kerja guru juga diharapkan dapat memberi dampak positif terhadap munculnya sikap professional guru. Karena itu supervisi yang dilakukan kepala sekolah memiliki dampak positif dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi guru baik secara langsung maupun tidak langsung. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pada umumnya para kepala sekolah sebagai supervisor dalam melaksanakan supervisi belum sesuai dengan prinsip-prinsip supervise dan kebanyakan pendekatannya kurang persuasif. Padahal cara pendekatan yang tepat sangat menentukan keberhasilan supervisi, karena kegiatan ini menyangkut  interaksi sosial antara supervisor dengan guru.
Menurut Nur Ali, ada beberapa problem yang muncul pada kegiatan pelaksanaan supervisi sekolah yaitu:[11]
1)   Pendekatan yang digunakan kepala sekolah kurang persuasif, padahal pendekatan dapat menentukan tingkat interaksi sosial antara supervisor dengan guru.
2)   Pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada guru belum mancapai sasaran, kepala sekolah secara teknis kurang kompeten dalam semua bidang studi. Kepala sekolah belum tentu menguasai bidang studi yang sedang disupervisi.
3)   Guru yang kurang mampu dalam mengelola kegiatan belajar-mengajar merasa malu untuk meminta bantuan secara langsung kepada kepala sekolah.
4)   Guru lebih senang meminta bantuan kepada teman sejawat yang memiliki kemampuan lebih baik darinya daripada ke kepala sekolah.
Selanjutnya Suryo Broto berpendapat bahwa supervisi ialah pembinaan yang diberikan kepala seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang lebih baik.[12] Jadi tujuan supervisi ialah mengembangkan situasi belajar-mengajar yang lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar.
Sedangkan fungsi dari dilaksanakannya supervisi menurut Ngalim Purwanto, adalah sebagai berikut:[13]
1)   Membangkitkan dan merangsang guru-guru dan pegawai sekolah di dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya.
2)   Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan sekolah termasuk media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran dan keberhasilan proses belajar-mengajar.
3)   Bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari dan menggunakan metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan tuntutan kurikulum yang sedang berlaku.
4)   Membina kerjasama yang baik dan harmonis diantara guru-guru dan pegawai sekolah lainnya.
5)   Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai sekolah, antara lain dengan mengadakan diskusi kelompok, menyediakan perpustakaan sekolah, dan atau mengirim mereka untuk mengikuti penataran-penataran, seminar sesuai dengan bidangnya masing-masing.
6)   Membina hubungan kerjasama antara sekolah dengan BP3 dan instasi-instasi lain dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan para siswa.
d.   Kepala sekolah sebagai educator
Kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya, dalam hal ini pengalaman kepala sekolah mempunyai peran yang besar terhadap kualitasnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik, seperti team teaching, moving class, dan mengadakan program akselerasi bagi peserta didik yang cerdas di atas normal. Kaitannya sebagai seorang pendidik, kepala sekolah harus berusaha menanamkan, memajukan, dan meningkatkan sedikitnya empat macam nilai, yakni pembinaan mental, moral, fisik dan artistik. (1). Pembinaan mental, yakni membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan sikap batin dan watak. Dalam hal ini, kepala sekolah berusaha melengkapi sarana dan pra-sarana untuk belajar. (2). Pembinaan moral, yakni membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan ajaran baik buruk mengenai suatu perbuatan, sikap dan kewajiban sesuai dengan tugas masing-masing tenaga kependidikan, misalnya selalu memberi nasehat pada saat upacara dan pertemuan rutin. (3). Pembinaan fisik, yakni membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani, kesehatan dan penampilan mereka secara lahiriah. (4). Pembinaan artistik, yakni membina tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kepekaan manusia terhadap seni dan keindahan, misalnya mengadakan program karyawisata setiap akhir tahun ajaran.
e.    Kepala sekolah sebagai administrator
Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi berupa pencatatan, penyusunan, dan pendokumentasian seluruh program sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik, personalia, sarana dan prasarana, arsip, dan keuangan. Kegiatan tersebut harus dilaksanakan secara efektif dan efisien agar dapat menunjang produktivitas sekolah. Untuk itu, kepala sekolah harus mampu menjabarkan kemampuan di atas dalam tugas-tugas operasionalnya.
f.     Kepala sekolah sebagai inovator
Kepala sekolah sebagai inovator tecermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya secara: (1). Konstruktif, misalnya dalam meningkatkan profesionalisme guru, kepala sekolah memberikan dorongan dan bimbingan kepada setiap tenaga kependidikan agar lebih optimis. (2). Kreatif, misalnya kepala sekolah mencari gagasan baru dalam melaksanakan tugasnya. (3). Delegatif, misalnya kepala sekolah memberikan tugas kepada stafnya sesuai dengan kemampuannya masing-masing. (4). Integratif, misalnya kepala sekolah berusaha mengintegrasikan semua kegiatan sekolah sehingga dapat menghasilkan sinergi untuk mencapai visi dan misi sekolah. (5). Rasional dan objektif, misalnya dalam bertindak harus berdasarkan rasio dan objekif. (6). Pragmatis, misalnya menetapkan kegiatan berdasarkan kondisi dan kemampuan nyata yang dimiliki oleh setiap tenaga kependidikan, serta kemampuan yang dimiliki oleh sekolah. (7). Keteladanan, misalnya berusaha menjadi suri tauladan yang baik. (8). Adaptabel dan fleksibel, misalnya mampu beradaptasi dan fleksibel dalam menghadapi situasi baru, serta menciptakan situasi kerja yang menyenangkan dan memudahkan para tenaga kependidikan untuk beradaptasi dalam melaksanakan tugasnya.
g.    Kepala sekolah sebagai motivator
Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para stafnya dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui: (1). Pengaturan lingkungan fisik, misalnya pengaturan ruang kerja yang kondusif, ruang belajar, perpustakaan, laboratorium, bengkel dan sebagainya. (2). Pengaturan suasana kerja, misalnya menciptakan hubungan kerja yang harmonis dengan para staf dan peserta didiknya dan menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan menyenangkan. (3). Disiplin, misalnya kepala sekolah tidak pernah datang terlambat di sekolah, menyelesaikan tugasnya secara efektif dan efisien. (4). Dorongan, misalnya pekerjaan yang menarik dan menyenangkan sesuai dengan kemampuannya masing-masing, tujuan kegiatan jelas, pemberitahuan hasilnya dari kegiatan dan lain-lain. (5). Penghargaan, misalnya mengumumkan nama guru yang berjasa bagi keberhasilan sekolah di depan guru-guru dan peserta didik agar dijadikan contoh atas prestasinya.
Kepala sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan sekolah, yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan pada umumnya direalisasikan. Sehubungan dengan TQM, kepala sekolah dituntut untuk senantiasa meningkatkan efektifitas kinerja. Dengan begitu, TQM sebagai paradigma baru manajemen pendidikan dapat memberikan hasil yang memuaskan.
Kinerja kepemimpinan kepala sekolah dalam kaitannya dengan TQM adalah segala upaya yang dilakukan dan hasil yang dapat dicapai oleh kepala sekolah dalam mengimplementasikan pilar-pilar TQM di sekolahnya untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien, terutama meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya. Sehubungan dengan hal itu, kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dalam TQM dapat dilihat berdasarkan kriteria berikut ini:
a.       Memimpin sekolah secara efektif dan efisien.
b.      Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancer, dan produktif.
c.       Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan tepat waktu.
d.      Mampu menjalin hubungan harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan.
e.       Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah.
f.       Bekerja dengan tim manajemen serta semua personel di sekolahnya.
g.      Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan harapan para pelanggan pendidikan (kepuasan pelanggan).
h.      Membimbing guru agar mereka dapat memahami secara jelas tujuan pendidikan yang hendak dicapai.
i.        Membimbing guru agar mereka dapat memahami tentang persoalan dan kebutuhan murid serta upaya yang ditempuh dalam mengatasi persoalan tersebut.
j.        Membantu guru agar dapat memahami lebih jelas masalah kesulitan belajar murid dan solusinya.
k.      Membantu agar memperoleh kecakapan mengajar yang lebih baik dengan menggunakan multi metode dalam kegiatan belajar di kelas.
l.        Memberikan tugas dan tanggung jawab kepada guru sesuai dengan kemampuan dalam bidangnya masing-masing.
m.    Membantu guru untuk memahami dan menggunakan alat peraga secara benar.
n.      Menumbuhkan moral kerja yang tinggi kepada setiap guru.
o.      Menampakkan wibawa dan jiwa teladan di hadapan para siswa.
p.      Memupuk dan mengembangkan hubungan yang harmonis dan kooperatif di kalangan guru.
q.      Mengikutsertakan wali murid, tokoh masyarakat, dan stakeholders dalam menyusun program sekolah.
r.        Mendaftar problem-problem yang dihadapi secara teliti untuk selanjutnya diberikan solusinya yang tepat.
s.       Memfokuskan tugas-tugas pada hasil terbaik yang dikehendaki.
t.        Mengembangkan pemikiran strategi dan merencanakan secara baik lingkup tugas lembaga.
u.      Mengaitkan seluruh aspek manajemen untuk mendukung struktur pekerjaan dan desain ulang organisasi.
v.      Memperkuat perluasan pembelajaran dan pendekatan tim untuk mencapai hasil terbaik dari proses belajar siswa.
w.    Mengkreasi kapasitas profesional dan kerja tim untuk mencapai hasil yang diinginkan.

3.    Faktor Pendukung dan Penghambat Kepala Sekolah Dalam Menerapkan TQM
a.    Faktor Pendukung
Untuk dapat mengimplementasikan pilar-pilar TQM dengan baik dan sesuai dengan visi dan misi sekolah, kepala sekolah memerlukan dukungan dari semua komponen yang ada di sekolah dan luar sekolah, baik dari segi sumber daya manusia, sarana prasarana, dan juga orang tua, hal ini karena komponen yang ada di sekolah harus saling mendukung untuk meningkatkan mutu pendiddikan agama Islam.
Kebijakan kepala sekolah mengimplementasikan pilar-pilar TQM merupakan sebuah inovasi kepala sekolah terhadap proses pengembangan pendidikan, karena dengan ditetapkannya pilar-pilar TQM, semua elemen sekolah merasa lebih saling diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, karenanya sekolah mendapat saran dan kritikan yang membangun langsung dari siswa, guru, karyawan bahkan masyarakat termasuk orang tua siswa memberikannya lewat kotak saran yang tersedia atau lewat pertemuan rutin yang diadakan pihak sekolah dengan para konsumen pendidikan.
Dari sini dapat dipahami bahwa faktor pendukung kepala sekolah dalam mengimplementasikan pilar-pilar TQM adalah kekompakan dan semangat juang yang tinggi dari elemen-elemen yang ada di sekolah mulai dari siswa, guru, karyawan, sarana prasarana, orang tua siswa, masyarakat dan pemerintah daerah guna lebih meningkatkan mutu pendidikan.
b.    Faktor Penghambat
Dengan adanya faktor pendukung yang mempermudah kepala sekolah  dalam implementasi pilar-pilar TQM, di sisi lain ada faktor penghambat dalam pelaksanaan pilar-pilar TQM di sekolah.
Tjiptono dan Diana memberikan masalah-masalah yang menyebabkan TQM tidak dapat diterapkan, yaitu karena usaha yang dilakukan setengah hati dan kesalahan lainnya yang meliputi delegasi dan kepemimpinan yang kurang baik, tim mania, proses penyebarluasan, pendekatan yang sempit (terbatas) dan dogmatis, harapan yang terlalu berlebihan (tidak realistis), dan pemberdayaan karyawan yang bersifat prematur.[14]
Faktor penghambat yang sering muncul dalam peningkatan mutu pendidikan adalah dari tenaga pengajar yang kurang bisa fokus dalam mengajar dikarenakan kurangnya kesejahteraan mereka. Kurang responnya staf sekolah terhadap program yang telah dirumuskan bersama, sehinga dalam pelaksanaannya mengalami pemunduran akibat tidak tepatnya waktu. Hambatan lain berupa kesibukan para guru, karyawan, komite sekolah bahkan kepala sekolah di luar sekolah, dikarenakan mereka mempunyai kegiatan untuk menunjang kesejahteraannya.
Hambatan bagi kepala sekolah dalam mengimplementasikan pilar-pilar TQM, ada beberapa hal:
1)      Fasilitas sekolah yang kurang dari standar
2)      Rendahnya respon masyarakat sekitar sekolah terhadap pendidikan
3)      Kurangnya tanggapan pemerintah daerah terhadap dunia pendidikan
4)      SDM guru kurang profesional
5)      Biaya pendidikan yang serba kurang
6)      Tidak komitmennya siswa, guru, staf dan masyarakat terhadap proses pendidikan di sekolah. 
7)      Merasa cemas dengan penerapan sesuatu (manajemen) baru.
8)      Guru dan staf tidak berbuat seoptimal mungkin dalam kinerjanya dikarenakan mereka merasa tidak dilibatkan dalam pembuatan program sekolah dan pendapat-pendapat mereka tidak didengar.

E.  Kesimpulan
Kelangsungan hidup dan keberhasilan sebuah orgnisasi pada masa kini dan masa mendatang tergantung pada kemampuannya dalam mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Dalam konteks ini, lembaga pendidikan harus mempunyai pimpinan yang efektif dalam menjalankan manajemen untuk mengelola perubahan yang ada dan berkelanjutan. Tantangan bagi seorang pemimpin pendidikan adalah bagaimana menjadi pendorong atau pelopor perubahan lembaga pendidikan yang dipimpinnya. Maka dari itu, peran seorang pimpinan sangatlah besar dalam upayanya untuk memperbaiki kualitas mutu suatu lembaga terutama lembaga pendidikan, yakni sebagai manajer, pemimpin, supervisor, educator, administrator, innovator, dan motivator.
Konsep TQM menganggap bahwa sekolah merupakan industri jasa yang mengutamakan pelayanan. Kepala sekolah dalam mengambil kebijakan-kebijakan program sekolah yang berkaitan dengan lima pilar TQM (Produk, Proses, Organisasi, Kepemimpinan Dan Komitmen) melibatkan semua elemen yang terkait dengan berlangsungnya proses pendidikan. Maka dari itulah, dengan maksud diterapkan TQM di sekolah diharapkan kepala sekolah bisa membawa para stafnya, bidang kurikulum, humas, kesiswaan sarana prasarana dan tata usaha untuk melayani pelanggan primer sekolah yaitu peserta didik dengan baik.





DAFTAR PUSTAKA

Broto, Suryo. Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan Di Sekolah. Yogyakarta: Bina Aksara. 1984.

Daryanto. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipt. 2001.

Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS Dan KBK. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. 2005.

Purwanto, M. Ngalim. Administrasi Dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1990.

Rahman, Ali, Nur. Ulul Albab: Jurnal Studi Islam, Sains Dan Teknologi. Malang: UIN Malang, 2004, vol.5 No.1.

Sallis, Edward. Total Quality Management In Education (Manajemen Mutu Pendidikan). Jogjakarta: IRCiSod. 2006.

Sudradjat, Hari. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Bandung: Cipta Cekas Grafika. 2004.

Syafaruddin. Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Grasindo. 2001.

Tjiptono, Fandy & Diana, Anastasia. Total Quality Management. Yogyakarta: Andi Offset. 2003.

Undang-Undang  Sisdiknas No. 20  Tahun 2003. Bandung: Citra Umbara. 2005.

Usman, Husaini. Manajemen (Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan). Jakarta: Bumi Aksara. 2006.

Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah (Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya),. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. 2005.



[1] Undang-Undang  Sisdiknas No. 20  Tahun 2003, (Bandung: Citra Umbara, 2005), hlm. 3

[2] Fandy Tjiptono & Anastasia Diana, Total Quality Management, (Yogyakarta: Andi Offset, 2003), hlm. 4.
[3] Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah (Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya), (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2005), hal. 83.
[4]  Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 81.
[5] Hari Sudradjat, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, (Bandung: Cipta Cekas Grafika, 2004), hlm. 112.
[6] E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS Dan KBK, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005), hlm. 86.
[7] Edward Sallis, Total Quality Management In Education (manajemen mutu pendidikan), (Jogjakarta: IRCiSod, 2006), hlm. 73.
[8] Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Grasindo, 2001), hlm. 28.
[9] Husaini Usman, Manajemen (Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan), (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 481.
[10] Wahjosumidjo. Op. Cit., hlm. 94.
[11] Nur Ali Rahman. Ulul Albab: Jurnal Studi Islam, Sains Dan Teknologi. (Malang: UIN Malang, 2004, vol.5 No.1) hlm. 128.
[12] Suryo Broto, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan Di Sekolah. (Yogyakarta: Bina Aksara, 1984), hlm. 117.
[13] M. Ngalim Purwanto, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), hlm 118.
[14] Husaini Usman, Op. Cit., hlm. 479.